Pages

Psikoterapi: Psikologi Klinis Dalam Internet

Sabtu, 10 Januari 2015

    Psikoterapi berasal dari 2 kata yaitu “Psyche” yang artinya jiwa, dan “Therapy” yang artinya penyembuhan. Terapis adalah, adalah orang yang melakukan psikoterapis, dan klien adalah orang yang berkonsultasi tentang masalahnya kepada terapis. Jadi psikoterapi adalah, usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, kejiwaan, mental dan perilaku seorang terapis kepada klien yang bermasalah atau berada dalam situasi kejiwaan yang tidak sama dengan kejiwaan seseorang dalam keadaan normal. Psikoterapi merupakan proses interaksi formal dua pihak antara terapis dengan klien yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan pada satu klien. Terapis membantu klien menimalisir masalahnya dengan memberikan masukan-masuk atau sugesti-sugesti positif pada klien. Pada dasarnya setiap individu memiliki kemungkinan untuk dapat dipengaruhi melalui intervensi psikologi yang direncanakan.

                   

Belakangan ini sangat tidak asing lagi melakukan psikoterapi via internet atau via online. Dimana internet menjadi media penghubung terjadinya komunikasi antara si terapis dengan klien. Biasanya orang yang melakukan psikoterapi online ini adalah orang yang cenderung malu untuk menceritakan masalahnya secara langsung kepada orang lain. Lalu, bisakah dunia psikologi memberikan dampak yang lebih besar lagi bagi masyarakat dengan memanfaatkan perkembangan internet, membuat mental seseorang lebih sehat tanpa ia harus meninggalkan rumah? Secara umum, penggunaan internet saat ini sudah sangat luas fungsi dan pemakainya, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Data dari World Bank menyebutkan bahwa penggunaan internet dalam kehidupan sehari-hari di negara berkembang terus meningkat setiap tahunnya dari 5,7% di tahun 2004 hingga 26,5% di tahun 2012.

Kenyataannya, fungsi internet sebagai sarana mencari pertolongan saat menghadapi masalah psikologis juga semakin marak berkembang. Banyak ODMK (orang dengan masalah kejiwaan), termasuk orang dengan depresi yang melakukan hal tersebut. Depresi sendiri adalah sebuah kondisi gangguan psikologis yang ditandai dengan perasaan sedih atau kekosongan mendalam, seolah merasa terperosok ke dalam lubang yang gelap dan sulit untuk keluar. Penelitian menunjukkan bahwa setiap orang akan atau pernah mengalami depresi di suatu masa dalam hidupnya, dan itu merupakan hal yang wajar. Namun perlu diperhatikan bahwa depresi bisa bersifat ringan, sedang, hingga berat, dan penanganan yang diberikan perlu disesuaikan dengan tingkat depresi yang dialami.

Nah, fenomena penggunaan internet oleh orang-orang dengan depresi ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa orang yang sedang depresi biasanya menjadi kurang bersemangat beraktivitas, enggan keluar rumah dan menemui orang lain. Namun, perlu diingat bahwa gejala tersebut tidak serta merta membuat mereka sama sekali tidak termotivasi untuk memperbaiki kondisi mereka! Walaupun seringkali sangat kecil, motivasi itu tetap ada dan itulah yang mendorong mereka untuk mencari pertolongan melalui internet karena mereka dapat melakukannya seorang diri, tanpa perlu diketahui oleh orang lain.

Sebuah penelitian menarik mengenai rekomendasi masyarakat terkait cara menghadapi depresi yang diadakan pada tahun 2011 di Vienna, Austria, menunjukkan bahwa 48,4% dari total sekitar 500 responden melakukan dan menyarankan orang lain untuk mencari informasi seputar depresi dari internet. Sementara itu, 39,8% melakukan dan menyarankan orang lain untuk mencari forum online untuk berkomunikasi dengan sesama pengidap depresi. Fakta ini sangat menarik, karena walaupun 94% responden memilih untuk mencari dukungan dari orang terdekat secara langsung, tetapi terlihat pula bahwa internet sudah menjadi salah satu sarana yang dapat diandalkan untuk mencari pertolongan ketika menghadapi depresi.

Indonesia pun tentu tidak terlepas dari perkembangan penggunaan internet untuk pertolongan depresi ini. Melalui social media facebook misalnya, dapat ditemukan dengan mudah grup-grup yang sengaja dibuat untuk mempertemukan orang-orang yang mengidap gangguan mood, termasuk depresi, dan di sana, mereka dapat saling berbagi cerita satu sama lain. Tidak jarang juga ada psikolog atau psikiater yang aktif terlibat dalam diskusi. Salah satu contoh grup tersebut bernama Bipolar Center Indonesia yang sudah memiliki lebih dari 1.000 anggota di Facebook. Komunitas “Bipolar Center Indonesia” ini juga seringkali mengadakan kegiatan tatap muka, namun tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan grup Facebook tersebut membawa banyak manfaat bagi para anggotanya.

Sebagai tambahan, pengalaman penulis menunjukkan bahwa banyak orang yang mengirim email ke email pribadi penulis untuk berkonsultasi seputar depresi yang mereka alami. Banyak dari mereka mengaku enggan pergi ke psikolog/ psikiater karena berbagai alasan, tetapi termotivasi untuk mencari pertolongan via internet.

Di negara-negara maju, seperti Inggris, Australia, Swedia, dan Belanda, penggunaan internet untuk penanganan psikologis yang terstruktur sudah marak dilakukan. Banyak psikolog di negara-negara tersebut mengembangkan website berisi terapi psikologis dengan sasaran para pengidap depresi dan berbagai gangguan psikologis lainnya (lihat :www.moodgym.anu.edu.au untuk salah satu contoh terapi psikologis untuk depresi via website berbahasa Inggris). Sejak tahun 2010, sekelompok peneliti dari Eropa di bidang psikologi klinis bahkan sudah menemukan bahwa perilaku mencari pertolongan psikologis melalui internet dan melalui website terapi psikologis memiliki efektivitas yang setara dengan pertemuan tatap muka dengan psikolog.

Terapi online kini bisa membantu pasien dan membuat jarak menjadi dekat serta yang enggan menjadi mau. Ini menarik untuk pasien yang malu dicap sebagai terganggu jiwanya jika duduk di antrian ke psikiater.

Sebuah penelitian oleh University of Zurich di Swiss dan University of Leipzig di Jerman dan terbit di Journal of Affective Disorders menemukan bahwa psikoterapi lewat internet sama efektifnya dengan psikoterapi langsung. Menurut peneliti, mereka telah mencoba perawatan depresi secara online yang menggunakan metode dan perawatan psikatri yang sama dengan yang dilakukan jika bertatap muka langsung.

Dari penelitian, sebanyak 62 pasien dengan depresi menerima terapi kognitif perilaku dalam jangka waktu dua bulan. Setengah dari pasien mendapatkan waktu tatap muka seminggu sekali selama satu jam dengan psikiater dan sisanya menerima perawatan lewat internet yang terdiri dari menulis tugas dan feedback dari terapis (tanpa interaksi video chatting).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang berbeda dari hasil terapi dengan dua cara yang berbeda ini. Depresi menghilang pada 50% pasien yang langsung bertatap muka dan 53% dari mereka yang dirawat lewat dunia maya.

Setelah tiga bulan, penelitian lanjutan menunjukkan bahwa efek perawatan online ternyata lebih tahan lama dimana pasien yang mendapatkannya sebanyak 57% merasa hidupnya lebih maju dan pasien yang bertatap muka hanya 42% saja yang merasa ada perkembangan signifikan.

Para ahli berpendapat bahwa terapi lewat internet yang lebih menekankan kemandirian menjadi salah satu faktornya. Walau begitu, karena online dan anonim, pasien bisa dengan mudah keluar dari program sehingga cukup sulit untuk memantau lebih lanjut bagi mereka yang keluar begitu saja. (PopularScience)

 Cara seperti ini mempermudah konsultasi. Karena memiliki beberapa keuntungan seperti :

1.Masalah lokasi, misalnya lokasi penyedia layanan kesehatan mental terlalu jauh atau sulit terjangkau. Bisa juga karena klien sering bepergian dan jarang menetap di suatu lokasi, jadi sulit baginya mengunjungi satu lokasi layanan kesehatan mental secara rutin.

2.Klien sulit menyesuaikan waktu dengan jadwal praktek psikolog/ psikiater yang biasanya hanya tersedia pada jam kerja.

3.Biaya konsultasi dengan psikolog/ psikiater yang terbilang mahal untuk klien-klien dengan latar belakang sosial ekonomi tertentu. Hal ini mendorong klien untuk mencari pertolongan lewat jalan lain terlebih dahulu yang lebih ekonomis, salah satunya melalui internet.

4.Klien merasa terdorong dan percaya bahwa dirinya dapat berperan mandiri dalam mengenali dan menghadapi masalah kesehatan mental, dalam hal ini depresi, yang sedang ia hadapi.

5.Klien yang memiliki motivasi tinggi untuk menyelesaikan masalah yang sedang ia hadapi merasa cocok dengan gaya mencari pertolongan via internet karena ia akan banyak mengandalkan dirinya sendiri selama proses konsultasi atau terapi psikologis.

6.Banyak sekali klien yang sudah cakap dengan penggunaan internet dan gadget, sehingga mudah bagi mereka untuk mencari informasi terkait masalah psikologis yang mereka alami melalui internet. Sekalipun klien memiliki kesulitan, ia dapat dibantu oleh orang terdekat di rumah untuk menggunakan internet.

7.Banyak pengidap gangguan psikologis, termasuk pengidap depresi, menyatakan bahwa mencari pertolongan di internet secara umum dapat lebih membebaskan mereka dari stigma bahwa mereka memiliki gangguan jiwa daripada jika mereka pergi menemui psikolog atau pergi ke rumah sakit jiwa.

Selain itu biasanya orang yang melakukan psikoterapi ini pada titik awal masalahnya biasanya memberi keuntungan seperti dapat menghapus, mengubah, dan menghambat gejala lebih lanjut. Selain itu juga meningkatkan pertumbuhan kepribadian yang positif.

Namun dibalik beberapa keuntungan tersebut juga terdapat keterbatasan dalam psikoterapi online ini, seperti :
1. Sang terapis kurang tahu lebih tentang kondisi pasien, karena sang terapis tidak mengetahui bahasa tubuh klien, karena selain mendengarkan cerita klien secara langsung, terapis juga harus melihat bahasa tubuh klien.
2. Hasilnya kurang akurat karena tidak terjadinya komunikasi secara langsung.

Ada beberapa contoh aplikasi psikoterapi online ini, yaitu :
1. ELIZA, sebuah program perangkat lunak yang ditulis oleh Joseph Weizenbaum pada 1960 untuk meniru komunikasi seorang terapis. Ini adalah contoh pertama dari computer dimediasi interaksi menggunakan bentuk yang sangat sederhana dari psikoterapi.
2. E-Terapi, adalah sebuah modalitas psikoterapi baru yang menyediakan akses kepada klien untuk berkonsultasi dengan seorang terapis yang professional dalam kesehatan mental secara online. Terapi ini juga sering dilakukan melaui  komunikasi lewat email dengan terapis, hal ini juga dapat termasuk chat dan konferensi melalui video call, meskipun cara ini kurang sering digunakan.

Referensi :





Tabel Kinerja

NPM
NAMA
KERJA
11513981
Mencari Materi Tentang Keterbatasan Psikoterapi Online
14513212
Mencari Materi Tentang Pengertian Psikoterapi Online
16513997
Mencari Materi Tentang Kelebihan Psikoterapi Online
17513644
Mencari Materi Tentang Aplikasi Psikoterapi Online
19513085
Menyusun dan Mengedit Materi
19513515
Membuat Tabel Kinerja


 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS